Samin adalah salah satu suku yang berdiam di
Pulau Jawa, tepatnya di daerah Jawa Timurdan Jawa Tengah
Sistem Hukum
Persamaan adat-istiadat atau tatacara, aturan- aturan yang
wajib mereka laksanakan. Misalnya adat-istiadat atau tatacara perkawinan dan kematian,
tidak boleh berdagang karena menurut anggapannya orang berdagang itu akan
berbuat goroh (menipu), tidak boleh menerima sumbangan berupa uang sepeser pun
apabila sedang mempunyai hajat (adang ake/o), dan tolong menolong harus
dilaksanakan karena ini merupakan kewajiban manusia hidup. Untuk
mensosialisasikan pranata sosial ini dilakukan sendiri oleh Samin Surosentiko
pada waktu men yeleng gar akan pesta anaknya. Dalam pesta perkawinan anaknya,
ia sudah benar-benar meninggalkan adat-istiadat yang berlaku di desa
Sebenarnya
tidak ada pakaian khusus yang dipakai masyarakat Samin dikesehariannya. Tetapi
ada pakaian khusus masyarakat Samin khususnya laki-laki dalam menyambut
orang-orang luar masyarakat Samin yaitu dengan memakai baju panjang hitam,
celana panjang hitam dan ikat kepala hitam. Pakaian hitam-hitam ini dalam
ajaran sikep menjelaskan bahwa manusia itu kotor dan tidak memiliki harta
karena yang sempurna dan memiliki segalanya adalah Allah swt. Selain itu,
pakaian hitam-hitam dilambangkan oleh masyarakat Samin sebagai sebuah bentuk
bahwa masyarakat samin tidak butuh disanjung dan diagung-agungkan sebaliknya
malah ingin dijelek-jelekan.
Rumah Adat
Menurut Agus
Yono sebagai filsuf ajaran Samin, bangunan rumah masyarakat Samin disebut
sebagai ‘Sikep Rabi’ yang berarti memiliki sikap yang benar-benar menyimbolkan
daerah Samin. Hampir semua masyarakat Samin memiliki bangunan rumah yang sama.
Hal ini disebabkan karena masyarakat samin menganggap semua manusia sama dan
sederajat dimata Gusti Allah. Rumah dibangun secara utuh dan tidak boleh
dimodifikasi secara modern, dan jika tidak menjalaninya maka orang tersebut
tidak sesuai dengan ajaran sikep. Rumah yang beralaskan tanah, tanpa pintu,
atap yang utuh, dan bertembokan kayu jati menjadikan masyarakat Samin tidak
berbeda satu sama lainnya. Tidak ada pintu, karena dalam ajaran sikep diajarkan
bahwa manusia tidak boleh iri satu sama lain dan sikap kejujuran dibuktikan
disini. Lantai yang beralaskan tanah, dalam ajara sikep dijelaskan bahwa Nabi
Adam berasal dari tanah dan manusia berawal dari tanah dan berakhir didalam
tanah juga. Jadi, tanah bagaikan mutiara yang dipuj-puji bag masyarakat Samin.
Selain itu
juga terdapat bangunan tiban yaitu pendopo yang terletak didepan saat kita
memasuki wilayah desa Klopoduwur Blora Samin. Pendopo tersebut digunakan
sebagai tempat berkumpul. Bangunan tersebut dibangun dengan mendapatkan bantuan
dari Belanda. Tidak ada makna khusus dari bangunan tersebut. Didalamnya
terdapat ajaran-ajaran masyarakat Samin.
