Jumat, 22 November 2013

Suku Samin






                 Samin adalah salah satu suku yang berdiam di Pulau Jawa, tepatnya di daerah Jawa Timurdan Jawa Tengah


Sistem Hukum
                 
                Persamaan adat-istiadat atau tatacara, aturan- aturan yang wajib mereka laksanakan. Misalnya adat-istiadat atau tatacara perkawinan dan kematian, tidak boleh berdagang karena menurut anggapannya orang berdagang itu akan berbuat goroh (menipu), tidak boleh menerima sumbangan berupa uang sepeser pun apabila sedang mempunyai hajat (adang ake/o), dan tolong menolong harus dilaksanakan karena ini merupakan kewajiban manusia hidup. Untuk mensosialisasikan pranata sosial ini dilakukan sendiri oleh Samin Surosentiko pada waktu men yeleng gar akan pesta anaknya. Dalam pesta perkawinan anaknya, ia sudah benar-benar meninggalkan adat-istiadat yang berlaku di desa

Pakaian Adat
            
            Sebenarnya tidak ada pakaian khusus yang dipakai masyarakat Samin dikesehariannya. Tetapi ada pakaian khusus masyarakat Samin khususnya laki-laki dalam menyambut orang-orang luar masyarakat Samin yaitu dengan memakai baju panjang hitam, celana panjang hitam dan ikat kepala hitam. Pakaian hitam-hitam ini dalam ajaran sikep menjelaskan bahwa manusia itu kotor dan tidak memiliki harta karena yang sempurna dan memiliki segalanya adalah Allah swt. Selain itu, pakaian hitam-hitam dilambangkan oleh masyarakat Samin sebagai sebuah bentuk bahwa masyarakat samin tidak butuh disanjung dan diagung-agungkan sebaliknya malah ingin dijelek-jelekan.

Rumah Adat

          Menurut Agus Yono sebagai filsuf ajaran Samin, bangunan rumah masyarakat Samin disebut sebagai ‘Sikep Rabi’ yang berarti memiliki sikap yang benar-benar menyimbolkan daerah Samin. Hampir semua masyarakat Samin memiliki bangunan rumah yang sama. Hal ini disebabkan karena masyarakat samin menganggap semua manusia sama dan sederajat dimata Gusti Allah. Rumah dibangun secara utuh dan tidak boleh dimodifikasi secara modern, dan jika tidak menjalaninya maka orang tersebut tidak sesuai dengan ajaran sikep. Rumah yang beralaskan tanah, tanpa pintu, atap yang utuh, dan bertembokan kayu jati menjadikan masyarakat Samin tidak berbeda satu sama lainnya. Tidak ada pintu, karena dalam ajaran sikep diajarkan bahwa manusia tidak boleh iri satu sama lain dan sikap kejujuran dibuktikan disini. Lantai yang beralaskan tanah, dalam ajara sikep dijelaskan bahwa Nabi Adam berasal dari tanah dan manusia berawal dari tanah dan berakhir didalam tanah juga. Jadi, tanah bagaikan mutiara yang dipuj-puji bag masyarakat Samin.
Selain itu juga terdapat bangunan tiban yaitu pendopo yang terletak didepan saat kita memasuki wilayah desa Klopoduwur Blora Samin. Pendopo tersebut digunakan sebagai tempat berkumpul. Bangunan tersebut dibangun dengan mendapatkan bantuan dari Belanda. Tidak ada makna khusus dari bangunan tersebut. Didalamnya terdapat ajaran-ajaran masyarakat Samin.